Rintik-rintik hujan akhirnya mulai turun, membasahi kota Jogja. Mendung yang
sedari tadi menggelayut, kini mulai memuntahkan isinya. Beberapa pengendara
motor mulai menepikan kuda besi mereka untuk sekedar berteduh ataupun memakai
jas hujan. Dinginnya air hujan rupanya tak mampu mendinginkan panasnya hati
Ava. Tanpa memedulikan tangannya yang mulai kebas akibat sengatan hawa dingin
dan bajunya yang basah kuyup, Ava terus menggeber Astrea Grand-nya menuju
kearah barat daya, tepatnya menuju kearah alun-alun utara keraton. Ditebasnya
jalanan dengan sangat lincah, tak peduli dengan orang-orang yang mengumpat saat
terkena cipratan air dari motornya. Pikirannya sangat kalut. Lalu tanpa
diinginkannya, Ava kembali mengingat peristiwa yang membuat hatinya sangat
marah itu.
***
“ Bun, uang buat
bayar kuliah semester ini mana?” tanya Ava pada ibunya yang sedang menghitung
uang hasil penjualan nasi pecel yang dijualnya tiap fajar di stasiun
Lempuyangan. Raut muka ibunya langsung berubah. Gelisah.