Kagum diri dapat diartikan suatu
penyakit hati yang membuat seseorang merasa bahagia dengan pujian dari orang
lain dan merasa diri paling baik melebihi orang lain. Faktor-faktor penyebab
sikap kagum diri, diantaranya pujian yang diberikan kepada seseorang secara
berlebihan dan tanpa mengindahkan tata cara yang ditetapkan syariat Islam dalam
memberikan pujian kepada seseorang.
Pujian tersebut mempengaruhi orang yang dipuji. Dia akan merasa mempunyai
kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Ini akan membuat orang yang dipuji
merasa kagum pada diri sendiri. Tata cara atau etika memuji dalam syariat Islam
ada tiga yaitu tidak boleh berlebihan, ditujukan untuk hal-hal yang benar dan
tidak menimbulkan fitnah, yaitu membuat orang yang dipuji menjadi kagum pada
dirinya sendiri.
Apabila tata cara tersebut dapat
dipenuhi, maka seseorang boleh memuji orang lain. Dari Abdurahman bin Abi
Bakrah dari ayahnnya menceritakan bahwa ada seseorang memuji orang lain
dihadapan Rasulullah saw.
Rasulullah saw lalu bersabda, "Celaka
engkau! Engkau memotong leher saudaramu." Rasulullah saw mengulangi
beberapa kali perkataan tersebut. Kemudian Rasulullah saw bersabda,
"Apabila engkau terpaksa harus memuji seseorang, hendaknya engkau berkata,
'Sepanjang yang aku ketahui tentang dia-dan Allah juga mengetahui tentang dia
dan saya tidak dapat menyembunyikan dia dihadapan Allah-dia begini dan
begitu.'" (HR Bukhari dan Muslim)
Faktor lainnya yang menyebabkan seseorang kagum diri yaitu orang yang kagum diri hanya memperhatikan nikmat yang didapatinya tanpa memperhatikan Zat yang memberikannya. Ia merasa nikmat tersebut didapatnya karena kepandaiannya, bukan karena pemberian Allah swt, seperti anggapan Qarun.
Faktor lainnya yang menyebabkan seseorang kagum diri yaitu orang yang kagum diri hanya memperhatikan nikmat yang didapatinya tanpa memperhatikan Zat yang memberikannya. Ia merasa nikmat tersebut didapatnya karena kepandaiannya, bukan karena pemberian Allah swt, seperti anggapan Qarun.
Allah swt menceritakan perkataan
Qarun mengenai harta yang dimilikinya dalam Al Qur'an,
"Qarun
berkata, Sesungguhnnya aku diberi harta itu hanya karena ilmu yang ada
padaku.'" (QS al-Qashash: 78)
Orang yang kagum diri lupa atau
pura-pura lupa bahwa segala kenikmatan yang diperolehnya semuanya hanya berasal
dari Allah swt.
Allah swt berfirman: Dan apa saja yang ada di
langit dan di bumi, maka itu dari Allah (datangnya). (QS an-Nahl: 53)
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Lalu Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati agar kamu bersyukur. (QS an-Nahl: 78)
Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, maka mengapa kamu berpaling (dari-Nya). (QS Fathir: 3)
Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, maka mengapa kamu berpaling (dari-Nya). (QS Fathir: 3)
Lalai atau tidak memahami
hakikat diri dapat menyebabkan seseorang menjadi kagum diri. Seseorang yang
kagum diri, tidak sadar akan hakikat dirinya, bahwa dirinya berasal dari air
yang hina yang keluar dari tempat keluarnya air kencing, selalu berada di dalam
kekurangan sepanjang hidupnya dan akan kembali ke dalam tanah menjadi bangkai.
Selain tidak memahami hakikat dirinya, seseorang juga dapat menjadi kagum diri
karena dia selalu mendapatkan penghormatan yang berlebihan dari masyarakat,
yang bertentangan dengan ajaran Islam. Misalnya, orang-orang berdiri cukup lama
untuk menghormatinya, mencium tangan, menundukkan kepala mereka sampai
berlebihan, berjalan dibelakangnya dan penghormatan yang berlebihan lainnya.
Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa
mengharapkan agar orang berdiri (di waktu dia datang), maka bersiap-siaplah
untuk mengambil tempat di neraka." (HR Abu Daud)
Suatu ketika Rasulullah saw mendatangi para
sahabatnya. Saat itu para sahabat sedang bersandar pada tongkat. Ketika melihat
yang datang adalah Rasulullah saw, mereka segera berdiri tegak dengan maksud
untuk menghormatinya, maka Rasulullah saw yang melihat hal tersebut bersabda,
"Janganlah kalian berdiri seperti yang dilakukan bangsa lain dalam
menghormati satu sama lainnya." (HR Abu Daud)
Seseorang yang mendapatkan ketaatan yang berlebihan dari orang lain, yang lepas dari ketentuan-ketentuan Allah swt. Apapun kehendaknya selalu dipenuhi, baik kehendak tersebut baik atau buruk. Ini pada akhirnnya dapat menjadikan seseorang kagum diri.
Seseorang yang mendapatkan ketaatan yang berlebihan dari orang lain, yang lepas dari ketentuan-ketentuan Allah swt. Apapun kehendaknya selalu dipenuhi, baik kehendak tersebut baik atau buruk. Ini pada akhirnnya dapat menjadikan seseorang kagum diri.
Rasulullah saw bersabda, "Wajib atas
orang Muslim untuk taat (kepada pemimpinnya), suka atau tidak suka, kecuali
jika ia diperintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah. Apabila seorang
pemimpin memerintahkannya melakukan maksiat, maka dia tidak boleh
mematuhinya." (HR Muslim) Kagum diri dapat berakibat buruk, diantara
dampak buruk tersebut adalah terjerumus ke dalam sikap ghurur (terperdaya) dan
takabur. Sikap ghurur yaitu sikap meremehkan orang sedangkan takabur adalah
sikap seseorang yang merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dan tidak
mau menghormati orang lain. Dampak buruk dari kagum diri selain bersikap ghurur
dan takabur yaitu tidak mendapatkan taufik dari Allah swt.
Dia tidak mendapatkan taufik dari Allah swt karena
ketentuan Allah swt bahwa orang yang mendapatkan taufik adalah orang yang
menyerahkan dirinya kepada Allah swt dan tidak memberikan bagian sedikitpun
kepada setan di dalam hatinya. Dampak buruk lainnya yaitu orang yang kagum diri
akan dibenci orang lain. Orang yang kagum diri akan dibenci Allah swt. Orang
yang dibenci Allah akan dibenci penduduk langit dan bumi.
Rasulullah
saw bersabda, "Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil
malaikat Jibril, lalu berfirman kepadanya, 'Aku mencintai si fulan, maka
hendaknya engkau mencintainya.' Maka Jibril pun mencintainya. Kemudian malaikat
Jibril menyerukan kepada para penduduk langit, 'Sesungguhnya Allah mencintai si
fulan, maka hendaknya engkau kalian mencintainya.' Maka penduduk langit pun mencintainya.
Kemudian hamba tersebut dicintai oleh penduduk bumi. Apabila Allah membenci
seorang hamba, maka Allah memanggil malaikat Jibril dan Dia berfirman,
"Sesungguhnya Aku membenci, maka hendaknya engkau membencinya. Jibril pun
membencinya. Kemudian Jibril menyerukan kepada penduduk langit, 'Sesungguhnya
Allah membenci si fulan, maka hendaknya kalian membencinya.' Maka penduduk
langit pun membencinya. Kemudian dia dibenci oleh penduduk bumi." (HR
Bukhari dan Muslim)
Seseorang yang terkena penyakit kagum diri dapat dilihat dari beberapa tanda yaitu selalu memuji diri. Orang tersebut selalu memuji dan mengagungkan diri sendiri. Pada saat yang sama, ia melupakan atau pura-pura lupa terhadap firman Allah swt,
Seseorang yang terkena penyakit kagum diri dapat dilihat dari beberapa tanda yaitu selalu memuji diri. Orang tersebut selalu memuji dan mengagungkan diri sendiri. Pada saat yang sama, ia melupakan atau pura-pura lupa terhadap firman Allah swt,
"Maka
janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah (Allah) yang paling mengetahui
tentang orang yang bertaqwa." (QS an-Najm: 32)
Orang yang kagum diri tidak mau menerima nasihat dari orang lain, bahkan
membencinya dan merasa senang jika mengetahui aib orang lain. Seorang Muslim
yang terkena penyakit kagum diri harus segera bertobat dan berusaha untuk
menyembukan dirinya dari penyakit hati tersebut.
Cara-cara yang dapat dilakukan agar tidak
terkena penyakit kagum diri, diantaranya yaitu selalu ingat hakikat diri. Orang
yang kagum pada diri sendiri harus sadar bahwa nyawa merupakan anugerah Allah
swt. Jika nyawa tersebut meninggalkan badannya, maka badan tersebut tidak ada
harganya sama sekali.
Dia harus sadar bahwa tubuhnya
dibuat dari tanah yang diinjak-injak oleh manusia dan binatang, kemudian dari
air mani yang hina dan akhirnya kembali lagi menjadi tanah. Masa antara awal
penciptaan dan kembali menjadi tanah tersebut, setiap manusia selalu membawa
kotoran di perutnya, yang jika tidak dikeluarkan dapat berakibat orang tersebut
merasa sakit.
Kesadaran diri ini, insya Allah akan membantu
seseorang menghilangkan penyakit kagum pada diri sendiri. Sebagian ulama salaf
jika merasa kagum diri akan bertanya kepada dirinya sendiri, "Apakah
engkau tahu siapa saya?" Lalu dijawabnya sendiri, "Ya, saya tahu siapa
engkau. Engkau hanyalah setetes air mani yang akan menjadi bangkai. Sedangkan
sekarang engkau berada di antara keduanya sambil membawa kotoran di dalam
perutmu." Orang yang kagum diri harus sadar hakikat dunia dan akhirat.
Orang yang kagum diri selalu sadar bahwa
dunia tempat menanam (beramal) untuk kebahagiaan hidup di akhirat. Dia harus
sadar bahwa sekalipun umurnya panjang, dia tetap akan mati dan harta yang
dimilikinya selama
hidup di dunia tidak akan dibawanya. Satu-satunya 'harta' yang dibawanya adalah amal yang dia dapatkan selama hidup di dunia.
hidup di dunia tidak akan dibawanya. Satu-satunya 'harta' yang dibawanya adalah amal yang dia dapatkan selama hidup di dunia.
Kesadaran semacam ini akan mendorong seseorang untuk terhindar dari penyakit kagum diri. Orang yang kagum diri harus selalu ingat pada nikmat Allah swt yang diberikan kepada manusia yang besar dann mencakup segala kehidupan manusia.
Allah swt
berfirman, "Dan jika kamu mau menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak
dapat menghitungnya (karena sangat banyaknya)." (QS Ibrahim: 34)
Kesadaran ini akan mendorong seseorang merasa
lemah dan merasa butuh kepada Allah swt. Mereka yang terkena penyakit kagum
diri hendaknya selalu mengingat kematian.
0 komentar:
Posting Komentar